ciptaan tuhan

jangan lupa senyum .. ok

Selasa, 14 Juni 2016

konseling individu

PERAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU TERHADAP
SISWA YANG PUTUS SEKOLAH


 IDENTITAS DIRI KLIEN
 
Nama  : M A
Jenis kelamin  : Laki-laki

Kelas  : XI C

Alamat  : Malang, 


 
A.   Latar Belakang
Pendidikan  adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikanya itu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak dengan tepat sesuai kemampuan yang ada pada dirinya. Walaupun demikian, tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal dirinya sendiri, lengkap  dan segala kemampuan yang dimilikinya dan bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling.
Manusia pada dasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Pemikiran rasional adalah cara berpikir menggunakan penalaran berdasarkan data yang tersedia untuk mencari kebenaran faktual, keuntungan dan tingkat kepentingan. Kita harus menggunakan pemikiran rasional jika kita ingin maju dan ingin mengejar ilmu pengetahuan. Selain itu, menjadi sangat diperlukan jika kita ingin bekerja untuk kepentingan publik, memecahkan isu-isu publik, di mana kita bertemu berbagai jenis orang, tradisi dan kepercayaan, maka kita bakal punya alasan obyektif yang bisa ditunjukkan kepada publik (transparan), bukti-bukti, referensi, yang bisa diperdebatkan (dengan logis dan relevan argumentasi) dan sebanding dengan adanya alat ukur.
Banyak sekali Faktor yang  menjadi penyebab anak mengalami putus sekolah, diantaranya yang berasal dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan karena malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar kewajiban biaya sekolah.
Ketidakmampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan yang berdampak terhadap masalah psikologi anak sehingga anak tidak bias bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan dengan teman sekolahnya selain itu adalah karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas, prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali kesekolah. Anak yang kena sanksi karena mangkir sekolah sehingga kena Droup Out.
 
BAB II
PEMBAHASAN



A.    Teori Pembahasan
Suatu Ilmu sangatlah penting untuk diperoleh bagi seluruh manusia, ilmu pendidikanlah yang sangat utama dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Dalam penelitian ini penulis mendapati seorang murid yang berhenti sekolah, setelah menelusuri masalah tersebut dapat di ambil pemahaman bahwa permasalahan timbul karena anak yang mendapatkan teguran dari guru kelas.
Faktor yang melatarbelakangi anak mengalami putus asa dan berhenti sekolah adalah ketidak mampuan dalam berpikir rasional yaitu dari diri siswa tersebut. Yang mana dalam Proses intelektual yang kurang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sintesis, dan mengevaluasi. Hal tersebut terjadi disebabkan juga karena perkembangan masa anak remaja yang tidak terpenuhi, adapun misalnya ialah: (1) ketidakstabilan dalam perkembangan yang mengenai konsep diri, ketidakmampuan dalam mengaplikasikan emosional dengan secara tepat, (2) pencapaian hubungan-hubungan terhadap teman sebaya yang belum matang, (3) ketidakmampuan dalam bertanggung jawab secara penuh. Selain itu factor yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah lingkungan keluarga, dari pihak orangtua yang belum optimal dalam mendukung anaknya untuk lebih tinggi dalam berpikir yang rasional.
Kemampuan setiap individu memang sangatlah berbeda-beda, dalam mengungkapkan dan memunculkan nya juga setiap individu berbeda-beda.
Penelitian seperti ini sangat menjadikan sebuah keinginan yang tinggi untuk merubah pemikiran yang kurang rasional menjadi lebih rasional, agar menjadi diri yang bertanggung jawab, lebih disiplin dalam memenuhi tugas-tugasnya, menemukan dan memiliki konsep diri.
Setelah adanya peranan layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, dapat dilihat efek yang timbul antara sebelum dan sesudah diberikan layanan konseling individu. Adapun perubahan yang diketahui setelah adanya pemberian layanan konseling individu adalah (1) siswa yang mulanya kurang disiplin dalam menghadiri pembelajaran dikelas, menjadi lebih displin, (2) siswa yang sembarangan menggunakan fasilitas sekolah, dapat berubah menjadi lebih mengerti kegunaan fasilitas yang digunakan secara tepat, (3) dapat menemukan konsep diri yang sesuai dan memanfaatkannya secara tepat, (4) mengembangkan sikap apresiatif siswa terhadap sekolah, bahwa sekolah di samping tempat menuntut ilmu juga sebagai investasi masa depannya, (5) membuat siswa mampu dalam mengembangkan diri dengan lebih percaya diri, dan yang terakhir (6) memberikan dukungan terhadap siswa untuk berkehendak melanjutkan studi atau sekolahnya dengan lebih giat dan semangat.
 
BAB III
PENUTUP




A.    Kesimpulan
Dilihat dari sudut pandang psikologis, siswa dapat diartikan sebagai suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Ia memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti bakat, minat, kebutuhan sosial, kebutuhan emosional, kebutuhan personal, dan kemampuan yang ada pada diri tersebut. Potensi-potensi tersebut perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pengajaran, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara utuh menjadi manusia dewasa yang berfikir lebih matang dan lebih rasional.
Demikian pemahaman di atas dapat dipahami bahwa manusia merupakan keseluruhan atau totalitas yang tidak dapat dibagi. Maka, sangat dibutuhkan bagi siswa VII C dalam pembentukan dan peningkatan dalam berpikir yang lebih rasional.







Senin, 30 Mei 2016

kesulitan belajar


selamat datang sahabat blogger .!!!
apa kareba .. ??? mudah-mudahan diberi kesehatan selalu ya.
pertemuan kali ini dewi ingin berbagi materi tentang "KESULITAN BELAJAR". 





sebelum menginjak pembahasan materi, saya akan memberikan pendapat dari beberapa sumber tentang macam-macam kesulitan belajar.
Macam-macam kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar.Ada yang berat,   Ada yang sedang,
      b. Dilihat dari bidang studi yang di pelajari.
1)      Ada yang sebagian bidang studi, dan
2)      Ada yang keseluruhan bidang studi.
c.       Dilihat dari sifat kesulitannya.
1)      Ada yang sifatnya permanen / menetap, dan
2)      Ada yang sifatnya hanya sementara.
d.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya.
setelah ini saya akan memberikan informasi tentang  faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah dari kesulitan belajar itu sendiri.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:
a.       Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri meliputi:
1)      Faktor fisiologis.
2)      Faktor psikologis.
b.      Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa meliputi:
1)      Faktor-faktor non-sosial.
2)      Faktor-faktor sosial.[1][1][6]
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini.
a.       Faktor intern siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa, yakni:
1)      Sebab yang bersifat fisik:
a)      Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajaran.
b)      Karena kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respons pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterprestasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
c)      Sebab karena cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas:
·         Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor.
·         Cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli, bisu hilang tangannya dan kakinya.

2)      Sebab–sebab kesulitan belajar karena rohani.
Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Jika hal-hal di atas ada pada diri anak maka belajar sulit dapat masuk.
Apa bila dirinci faktor rohani itu meliputi antara lain berikut ini.
a)      Intelegensi
b)      Bakat
c)      Minat
d)     Motivasi
e)      Faktor kesehatan mental
f)       Tipe-tipe khusus seorang pelajar (visual, motoris, dan campuran).
b.      Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:
1)      Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubunga antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2)      Lingkungan perkampungan / masyrakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3)      Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah



] Drs.H.Abu Ahmadi,widodo, Psikologi Belajar (Jakarta:Rineka Cipta,2013).hal.78-79.